Setelah
menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama 1 bulan, seluruh umat muslim di dunia
dengan penuh suka cita menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Hari raya Idul
Fitri tahun ini terasa sangat berbeda dan mungkin menyedihkan bagi sebagian
umat muslim yang tidak bisa merayakan Idul Fitri dengan keluarga, karena adanya
pandemi Covid-19. Momen yang seharusnya di isi dengan bersilahturahim
berkunjung ke keluarga besar di kampung halaman, ke tetangga, dan teman dekat
untuk sekedar bersalaman hingga bersantap ketupat kuah opor bersama-sama. Dengan
adanya pandemi Covid-19 selama beberapa bulan ini, yang mana setiap orang
dianjurkan untuk #dirumahaja, sehingga beberapa tradisi lebaran harus ada yang
ditunda, seperti sholat Idul Fitri di luar rumah, mengunjungi keluarga, teman
atau tetangga.
Saya
menghabiskan waktu perayaan lebaran tahun ini bersama dengan keluarga kecil
saya saja karena saudara-saudara yang berada di luar kota tidak dapat pulang
kampung karena larangan pemerintah untuk mudik ke kampung halaman. Di pagi hari
setelah salat subuh kami sekeluarga begegas untuk melakukan salat Idul Fitri
berjamaah di masjid karena di lingkungan tempat tinggal saya salat Idul Fitri di
izinkan dan tetap dilakukan seperti hari raya tahun lalu. Walaupun pemerintah
memberi izin untuk salat Idul Fitri di lapangan atau masjid pelaksanaan salat
Idul Fitri di lingkungan tempat tinggal tetap menaati protokol kesehatan
pencegahan penyebaran Covid-19.
Setelah
selesai melaksanakan salat Idul Fitri di masjid kami langsung pulang dan
melakukan tradisi sungkeman kepada kedua orang tua dimana sungkeman itu puncak
keharuan saat lebaran dimana rasanya semua dosa memupuk di punggung begitu
mencium tangan ibu bapak dan mengucapkan kata-kata maaf, tak heran jika
saya tidak bisa membendung air mata. Dari semua momen lebaran, sungkem dan
meminta maaf pada ibu bapak menjadi momen yang paling mengharukan dan tak
terlupakan. Setelah itu tak lupa kami mengambil momen kehangatan lebaran tahun
ini dengan berfoto bersama. Sehabis berfoto bersama keluarga kecil, kami melaksanakan
tradisi makan ketupat dan pendampingnya yang dibuat oleh ibu saya sendiri serta
ada juga menu yang melekat di keluarga saya waktu lebaran yaitu nasi uduk yang
tidak kalah enak dengan ketupat.
Sehabis
makan bersama kami mengobrol-ngobrol asyik untuk menghangatkan suasana dan kami
juga berminta maaf kepada saudara yang berada di luar kota yang berada di
Jakarta melalui video call untuk sambung silahturahim dan saling berbagai momen
lebaran. Setelah selesai melakukan video call, kami sekeluarga bersalaman dan
bersilahturahim di rumah saudara (kakak dari ayah saya) yang bertempat tinggal
di samping rumah saya. Sedikit berbincang-bincang sebentar lalu pulang ke rumah
lagi.
Tak
lama kemudian saudara saya (adik dari ibu saya dan keluarganya) datang. Kami
mengobrol-ngobrol di ruang tamu sambil menikmati kue-kue lebaran yang sudah di
siapkan, tak lama mereka pamit pulang. Di sela-sela waktu saya juga melakukan
silahturahim serta meminta maaf kepada teman-teman saya SMP, SMA, dan teman
kuliah saya yang berada di luar kota melalui Whatsapp Chat dan Video Call. Itulah cerita
pengalaman saya dan keluarga lebaran pada tahun ini di tengah pandemi Covid-19.