Jumat, 23 Oktober 2020

Perspektif Mahasiswa Terhadap Juru Parkir

 

 

Seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta bernama Novita Dwi Cahyani berumur 20th sering menjumpai juru parkir di wiilayah kampus UMS. Tak heran banyaknya toko dan rumah makan di sekitar UMS sehingga juru parkir sangat dibutuhkan oleh pengguna jasanya seperti mahasiswa.

Sekitar 3 tahun Novita berkuliah di UMS, ketika nongkrong maupun membeli sesuatu di daerah kampus UMS ia merasa jasa yang sudah diberikan oleh juru parkir sangat baik.  Jika motornya dititipkan akan aman kemudian motor terparkir rapih tidak akan mengalami kerusakan, serta akses untuk masuk ke toko atau rumah makan tersebut tidak tertutup oleh motor-motor sehingga sangat memudahkan.

Juru parkir di daerah UMS sudah memberikan pelayanan jasa yang baik kepada pengguna, contohnya saja tukang parkir juga mengatur akses masuk jalan ke toko atau rumah makan. Ketika toko atau rumah makan tidak ada juru parkir, motor-motor akan terparkir sembarangan dan terkadang menutupi jalan masuk toko. Hal itu akan menyebabkan kerusakan pada motor, misalnya tergores oleh motor lain.” Ujar Novita, Sabtu 17/10/2020

Menurutnya biaya jasa untuk parkir juga sangat terjangkau bagi mahasiswa hanya Rp. 2.000. Namun biaya parkir Rp. 2.000 itu hanya untuk pengguna motor, berbeda dengan pengguna mobil  biasanya Rp. 3.000 atau bahkan sampai Rp. 4.000. Namun Novita juga terkadang sangat kesal karena jika ia sehari menghampiri dua rumah makan atau membeli sesuatu ke toko maka untuk biaya parkir sehari Novita menghabiskan Rp. 6.000, bagi mahasiswa uang dengan nominal tersebut bisa digunakan untuk makan.

“Biasanya saya parkir motor itu hanya bayar Rp. 2.000 saja, dengan nominal segitu sangat murah dan terjangkau oleh mahasiswa. Ya sesuai bahkan melebihi dengan jasa yang sudah diberikan oleh juru parkir. Namun kadang saya juga kesal dan boros ketika makan siang dan malam atau ke toko dalam sehari saya bisa menghabiskan Rp. 6.000 hanya untuk biaya parkir.  Dengan uang segitu jika saya pergi ke angkringan bisa untuk membeli makan. Kalau mobil biasanya Rp. 3.000 atau duakali lipat dari biaya parkir motor.” Ujarnya, Sabtu 17/10/2020

Novita mengatakan bahwa jasa parkir di sekitar kampus kendaraan menjadi lebih aman jika ditinggalkan karena dapat pengawasan langsung oleh juru parkir, dengan adanya jasa parkir juga dapat mengantisipasi kejadian kehilangan kendaraan bermotor dan helm. Karena disekitar kampus banyak kasus kehilangan motor dan helm yang tidak diawasi secara langsung oleh pemilik.

“Saya merasa aman jika kendaraan dititipkan juru parkir karena dapat pengawasan langsung dari juru parkir, dengan adanya jasa parkir disekitar ums mengantisipasi kejadian kehilangan, karena kan disekitar kampus sering ada kasus kehilangan motor.” Ujar Novita, Sabtu 17/10/2020

Mengangapi adanya jasa parkir yang hampir disetiap tempat ada ia merasa semakin ada pengawasan untuk kendaraan yang dititipkan, tetapi sebaiknya juru parkir berada di tempat-tempat yang seharusnya memang dibutuhkan oleh masyarakat seperti tempat yang tidak bisa terjangkau oleh pengawasan pemilik. Jadi jika ada tempat yang bisa terjangkau oleh pengawasan pemilik sebaiknya tidak diberi jasa parkir.

“Jasa parkir disetiap tempat didaerah kampus ya kendaraan kita dapat pengawasan langsung oleh juru parkir dan seharusnya jasa parkir itu ditempatkan pada tempat yang dibutuhkan, yang tidak bisa dijangkau oleh pengawasan kita sendiri seperti toko kelontongan seharusnya tidak ada jasa parkirnya.” Ujarnya, Sabtu 17/10/2020

 

50 Ribu Sehari Untuk Menghidupi Anak dan Istrinya

                             

                             


Juru Parkir , pekerjaan yang dipandang rendah oleh sebagian orang akan tetapi banyak orang tidak mengetahui bahwa sebagai juru parkir merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Itu pekerjaan yang saat ini digeluti oleh Bapak Suyatman. Ayah dari dua orang anak ini sudah bekerja selama 10  tahun, ujar Suyatman (Kamis,15/10/2020).

Suyatman bekerja selama 3 jam perharinya sebagai juru parkir di Jl. Garuda Mas, tepatnya didepan ATM depan kampus 2 UMS. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Suyatman berkecil hati, dan ada sesuatu yang berbeda daripada juru parkir lainnnya saat memberikan pelayanan, setiap kali ada yang hendak parkir atau mengambil sepeda motor setelah selesai dari ATM, selalu disambutnya dengan senyum ramah. Setelah itu, Suyatman mengarahkan sepeda motor sesuai dengan arah yang hendak dituju.

Lelaki berumur 55 tahun ini sehari-harinya berpenghasilan 50 ribu untuk menghidupi anak dan istrinya. Menurut tuturan beliau, “Setiap harinya saya mendapatkan hasil dari juru parkir sebesar 50 ribu mas, dengan sistem kerja sift dengan 5 orang, saya sendiri setiap harinya bekerja selama 3 jam.” Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’, tutur beliau saat diwawancarai pada (Kamis,15/10/2020).

Pekerjaan sebagai juru parkir ini sudah Suyatman tekuni kurang lebih sejak 2010. Ia tidak pernah meminta uang lebih kepada pemilik sepeda motor atas apa yang dilakukannya ia melakukannya dengan ikhlas dan senang hati dengan niat untuk berbuat baik bagi sesame. Untuk tarifnya dulu Rp. 1.500 kemudian untuk sekarang menjadi Rp. 2.000. Meski ada tarifnya, Suyatman tidak pernah sekalipun memaksa pemilik kendaraan untuk membayar parkir. Sebab semuanya ia lakukan dengan keikhlasan. Namun sering juga pengunjung yang parkir memberikan uang lebih kepada Suyatman. Mereka memberikan uang lebih karena melihat ketekunan, kerja keras dan pelayanan Suyatman.

Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Suyatman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak Suyatman yang masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya, dan yang besar juga butuh biaya untuk pendidikannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Suyatman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.

Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Suyatman memilih bekerja sebagai tukang parkir adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi Suyatman tetap bersyukur, di kota besar seperti Solo masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari dua orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami Suyatman. Menjalani profesi sebagai juru parkir tidak membuat Suyatman terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. Namun dengan senyum khasnya, Suyatman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu. Jika ada waktu luang, Suyatman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an.

Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau Ia miskin harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke 55 ini membuat Suyatman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.

Setiap kali ada orang yang ke ATM mengambil uang, entah memberi uang parkir atau tidak, Suyatman selalu bersikap sopan, ceria dan penuh semangat, menurutnya “Sebagai orang Jawa menjaga sopan santun dan keramahan itu sudah menjadi keharusan, ujarnya (Kamis,15/10/2020). Ditambah pelayanan Wandi yang sangat memuaskan inilah yang membuat Wandi makin disegani oleh banyak orang.

 

 

PENGELOLAAN PARKIR DEPAN 1 KAMPUS 1 UMS

 


Adanya warung makan, minimarket, dan tempat foto copy di depan Kampus 1 UMS menjadi faktor yang menyebabkan orang parkir di sepanjang jalan tersebut. Pengguna parkir sering merasa dirugikan. Mereka merasa bahwa kendaraan yang diparkir tidak dijaga oleh petugas atau juru parkir. Saat mereka datang tidak ada petugas parkir, sedangkan saat mereka akan meninggalkan tempat tersebut secara tiba-tiba muncullah petugas parkir. JUKIR (juru parkir) seolah-olah mengarahkan kendaraan mereka lalu meminta uang parkir. 

Tidak semua jukir seperti itu. Masih banyak jukir yang tetap mentaati peraturan dari PEMKAB. Mereka memarkir sesuai tempat yang sudah ditentukan dan menarik tarif parkir yang sesuai. Wahyono berumur 50 tahun, salah satu juru parkir Kabupaten Sukoharjo yang menjalankan tugasnya di depan Kampus 1 UMS mengatakan, sistem pengelolaan parkir ini dipegang oleh Dinas Perhubungan (DISHUB) Sukoharjo. Selain pembagian wilayah, tarif parkir hingga uang setoranpun sudah ditentukan semua (Rabu, 14/10/2020).

Tarif parkir untuk kendaraan roda dua sebesar Rp. 2.000 dan untuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 3.000. Tarif yang diterapkan Wahyono sudah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2017 tentang Perubahan Perda no 13 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Sebagai tanda pengenal, jukir yang sesuai di bawah pengelolaan Dishub biasanya diberi seragam. Hal itu, dilakukan untuk membedakan jukir resmi dengan jukir liar. 

Wahyono, pendapatan parkir satu hari terkadang hanya mendapat Rp. 40.000 saja saat pandemi covid seperti ini, karena saat pandemi seperti ini hanya sebagian orang yang mengunjungi tempat fotocopy, rumah makan didepan kampus. Dibandingkan dengan bulan-bulan lalu bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar. untuk ketentuan tarif parkir Rp. 2.000-Rp. 3.000 saja terkadang masih saja yang memberi kurang dari ketentuan tarif tetapi juga ada yang memberi uang lebih kepada tukang parkir (ujarnnya, Rabu 14/10/2020).

Untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak disaat pandemi seperti ini Wahyono  menjaga beberapa tempat berlarian kesana kemari mengawasi motor-motor yang diparkiri Wahyono tidak mengenal panas,hujan usia yang sudah menginjak 50 tahun Wahyono tetap semangat bekerja demi menghidupi keluarganya yang menunggunya pulang membawa rejeki yang untuk anak istri dirumah. 25 tahun menjalani sebagai juru parkir, Wahyono tetap sabar dan telaten dalam menjalankan tugasnya sebagai juru parkir yang jujur dan sabar. Terkadang masih ada saja yang mengakali pergi tidak membayar parkir, namun Wahyono berlari menghampiri sepeda motor yang ingin meninggalkan tempat parkir tersebut. 

Pendapatan setiap harinya akan diserahkan ke DISHUB kemudian Wahyono diberi bagian sendiri oleh pihak pengelola parkir. Untuk wilayah/lokasi parkir sudah diatur oleh pihak pengelola jadi dari seragam dan lokasi parkir tidak bisa menentukan sendiri sudah ada ketentuan dari dishub sendiri.  Tapi terkadang juru parkir dapat memilih sendiri wilayah parkir, kemudian lapor terlebih dahulu kepada DISHUB (ujar Wahyono, Rabu 14/10/2020).

 

 

 

OPINI - PENTINGNYA MITIGASI BENCANA ALAM PADA CUACA EKSTREM

  Sumber : bpbd.grobogan.go.id Cuaca ekstrem yang melanda akhir-akhir ini menjadi sebuah keresahan tersendiri bagi seluruh masyarakat di I...