Juru Parkir , pekerjaan yang dipandang rendah oleh sebagian orang akan tetapi banyak orang tidak mengetahui bahwa sebagai juru parkir merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Itu pekerjaan yang saat ini digeluti oleh Bapak Suyatman. Ayah dari dua orang anak ini sudah bekerja selama 10 tahun, ujar Suyatman (Kamis,15/10/2020).
Suyatman bekerja selama 3 jam perharinya sebagai juru parkir di Jl. Garuda Mas, tepatnya didepan ATM depan kampus 2 UMS. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Suyatman berkecil hati, dan ada sesuatu yang berbeda daripada juru parkir lainnnya saat memberikan pelayanan, setiap kali ada yang hendak parkir atau mengambil sepeda motor setelah selesai dari ATM, selalu disambutnya dengan senyum ramah. Setelah itu, Suyatman mengarahkan sepeda motor sesuai dengan arah yang hendak dituju.
Lelaki berumur 55 tahun ini sehari-harinya berpenghasilan 50 ribu untuk menghidupi anak dan istrinya. Menurut tuturan beliau, “Setiap harinya saya mendapatkan hasil dari juru parkir sebesar 50 ribu mas, dengan sistem kerja sift dengan 5 orang, saya sendiri setiap harinya bekerja selama 3 jam.” Ia selalu menganggap bahwa ‘’Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah’’, tutur beliau saat diwawancarai pada (Kamis,15/10/2020).
Pekerjaan sebagai juru parkir ini sudah Suyatman tekuni kurang lebih sejak 2010. Ia tidak pernah meminta uang lebih kepada pemilik sepeda motor atas apa yang dilakukannya ia melakukannya dengan ikhlas dan senang hati dengan niat untuk berbuat baik bagi sesame. Untuk tarifnya dulu Rp. 1.500 kemudian untuk sekarang menjadi Rp. 2.000. Meski ada tarifnya, Suyatman tidak pernah sekalipun memaksa pemilik kendaraan untuk membayar parkir. Sebab semuanya ia lakukan dengan keikhlasan. Namun sering juga pengunjung yang parkir memberikan uang lebih kepada Suyatman. Mereka memberikan uang lebih karena melihat ketekunan, kerja keras dan pelayanan Suyatman.
Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Suyatman semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak Suyatman yang masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya, dan yang besar juga butuh biaya untuk pendidikannya. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, Suyatman berusaha dengan baik mengatur pengeluaran yang diperlukan keluarganya.
Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Suyatman memilih bekerja sebagai tukang parkir adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi Suyatman tetap bersyukur, di kota besar seperti Solo masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari dua orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.
Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami Suyatman. Menjalani profesi sebagai juru parkir tidak membuat Suyatman terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. Namun dengan senyum khasnya, Suyatman terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu. Jika ada waktu luang, Suyatman menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur’an.
Ia tidak ingin ketinggalan dalam berburu amal untuk bekal di Akhirat kelak. Walau Ia miskin harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke 55 ini membuat Suyatman semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Setiap kali ada orang yang ke ATM mengambil uang, entah memberi uang parkir atau tidak, Suyatman selalu bersikap sopan, ceria dan penuh semangat, menurutnya “Sebagai orang Jawa menjaga sopan santun dan keramahan itu sudah menjadi keharusan, ujarnya (Kamis,15/10/2020). Ditambah pelayanan Wandi yang sangat memuaskan inilah yang membuat Wandi makin disegani oleh banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar